GADIS DALAM IMAJINASI
Haruskah aku menyalahkan sang waktu karena mempertemukanku denganmu, saat kau sudah punya pacar. Aku yang mulai punya rasa saat melihat mu memakai sweater putih, di musim hujan bulan agustus, yang membuatmu semakin look so sweat. Walau pun perasaan ini diliputi keraguan, keraguan karena masih terbayang kegagalan di masa lalu. Keraguan karena kupikir, mungkinkah gadis secantikmu tak berpacar?
Malam itu, saat kutanya padamu, "apakah kau sudah punya pacar?". Kau hanya diam dan tersipu sambil memamerkan pipi meronamu. Ingin rasanya kusorongkan bibir yang penuh nafsu ini untuk mencicipi seberapa lembut dan hangatnya pipi merahmu.
Akhirnya waktu pula yang menjawab, kalau kamu sudah punya pacar. Dan aku pun tahu, pacarmu begitu mengekangmu dengan larangan ini itu. Aku mencoba membujuk, agar kau meninggalkannya, kalau kamu merasa terkekang dan tidak merasa bahagia. Tapi kau memilih tetap bertahan.
Malam itu, ingin rasanya aku menggaulimu. Tapi pendidikan agama yang telah kuterima sejak balita, membuatku takut melakukannya. Si iman masih lebih kuat dari si imin dalam pertarungan klasiknya. Aku hanya berani mencuri sentuh pada pipi mu yang merah dan halus itu. Terlepas dari sifat malasmu kalau disuruh bersih bersih dan masak, kau memang memiliki tubuh dan wajah impian para gadis di bumi ini.
Hingga beberapa hari yang lalu kau bilang, kau sudah dipinang kekasihmu. Aku tak tahu apa yang aku rasakan, antara percaya dan tidak, antara kecewa dan bahagia. Aku takut kehilangan senyum yang membuat pipimu berlesung, aku takut kehilangan rona merah yang kau pamerkan saat kau malu, aku tak akan lagi bisa merasakan pipi hangat dan halus saat menyentuh wajahmu, aku tak akan lagi bisa merasakan perasaan yang luar biasa saat ku melihat dadamu. Tapi aku sudah menyediakan tempat yang abadi untuk kau dan aku tempati. Dimana kita bisa melakukan apa saja yang mau aku lakukan padamu, tanpa khawatir menyakiti perasaan pacarmu. Dan aku menamai tempat itu imajinasiku.

No comments: