MARI KITA NGOMONG SOAL CALON PRESIDEN 2014


sebagai negera yang berfaham demokrasi sangatlah wajar jika tiap beberapa tahun sekali suatu negara menjalankan pemilu. untuk memilih pemimpin baru dengan program-program baru demi terwujudnya indonesia baru. baru-nya ini jadi lebih baik atau lebih buruk, tentunya yang diharapkan jadi lebih baik, tapi memilih presiden itu layaknya memilih istri (kata bos ku dulu "memilih istri itu seperti membeli kucing dalam karung" :D ) bisa saja yang tampaknya baik selama masa pemilu atau sebelum pemilu itu merupakan pencitraan yang sudah disetting sedemikian rupa. lagipula kalo nggak pencitraan kenapa kemana-mana selalu diikuti wartawan? kayak gubernur jateng tuh pak ganjar, kenapa pas banget dia lagi pulang dari perjalanan dinas, terus mampir di penimbangan truck eh dia nemu pungli di situ. anehnya kok yo pas ada wartawan juga di situ. emang wartawannya nyambi jadi petugas timbang? apa nyambi jadi kenek truck? sebenarnya banyak sih pemimpin yang bagus tapi minim ekspos media. beberapa waktu lalu pernah ditayangkan di kick andy. dan pemimpin seperti mereka lah yang bener-bener ikhlas membangun indonesia.

untuk tahun ini calonnya cuma 2. mungkin mereka terinspirasi dari slogan KB (2 anak cukup) ok nggak ada hubungannya memang. mungkin suatu saat nanti bisa satu calonnya, lumayan kan bisa buat menghemat anggaran negara buat pemilu, asal calonnya benar-benar bagus aja. dari dua calon tersebut masing-masing punya kelebihan dan kekurang masing-masing. dan aku cenderung kurang sreg dengan mereka. yang satu dibawa oleh partai yang hedonis, yang satu pernah diduga terlibat kasus HAM saat masih orde baru dulu. kenapa aku bilang dibawa partai yang hedonis? ya mana ada partai yang menolak RUU pornografi dengan alasan HAm atau apa lah, ada nya kasus pemerkosaan dan seks bebas semakin marak, mana ada partai yang menolak RUU tentang pembatasan miras? adanya nilai kecelakaan lalu lintas akibat miras semakin tinggi, dan miras itu bisa merosak otak, mungkin makanan mereka juga miras kali ya jadi otaknya pada rusak gitu. mana ada partai yang menolak penutupan kompleks ndolly dengan alasan itu mata pencaharian mereka. adanya malah merusak moral, gimana nasib anak-anak lokalisasi ketika ditanya temannya apa pekerjaan ibunya, atau apa pekerjaan ayahnya? apakah dia akan dengan pd nya menjawab: "ibuku PSK dan bapakku GERMO. lalu bagaimana juga dengan anak-anak sekitar yang masih berusia SD lalu patungan demi bisa merasakan nikmatnya lubang selakangan (seperti yang dulu pernah dijelaskan bu Risma di kick andy). kalau dia memikirkan masa depan bangsa ya harusnya setuju donk dengan penutupan ndolly, setuju dengan RUU anti miras, dan setuju dengan RUU anti pornografi. dan yang sekarang disayangkan adalah DPR kita sebagi perancang undang-undang telah dikuasai oleh orang-orang hedon tersebut aku nggak blek kampain lo ya tapi memnag begitu kenyataannya.

semerntara calon yang satunya keliatan ngincer banget jabatan presiden, nggak masa kampanye pun muka nya nongol di TV memberi ucapan selamat saat hari besar keagamaan dan hari besar nasional.apa sih tujuannya, ngeliat kengebetan beliau aku jadi ragu apa dia benar-benar akan ikhlas membangun negara, apa dia cuma pingin cari kekayaan dari kaya nya negara kita buat menambal utang perusahaannya yang konon mencapai jutaan dolar? melihat background keluarganya pun aku semakin nggak yakin karena ibunya menurut sumber yang dipercaya adalah seorang protestan, sementara istrinya, nggak tahu kemana, eh anaknya jadi desaigner di luar negeri dan juga berkehidupan hedonis dengan orientasi seks yang tidak jelas. sekali lagi saya katakan saya nggak black kampain tapi cuma menyampaikan hasil pengamatan. sementara wakilnya? ingat dulu pas anaknya mengalamai kecelakaan setelah pesta tahun baru? seenaknya udel menutup jalan, padahal baru jadi mensesneg (atau apa dulu jabatannya aku lupa), apa lagi kalau jadi wakil presiden, pasti bakalan menyalahgunakan wewenang seenaknya sendiri. hufft....

lalu dengan calon seperti itu apakah aku akan golput? aku bakalan tetep ke TPS, tapi buat nyelupin jari ke tinta doank, biar nggak rugi pemerintah membeli tinta berliter-liter buat pemilu :p. aku ngga tahulah gimana nasib indonesi 5 tahun ke depan yang pasti untuk membangun indonesia tak perlu jabatan presiden, atau lurah, atau gubernur, atau walikota. selama kita mampu dan bisa membangun dengan tangan kita, mengapa tak kita lakukan. sekarang tanpa perlu menunggu embel-embel jabatan di depan nama kita. tak perlu menunggu gelar di belakang nama kita.

No comments:

Powered by Blogger.