KADO UNTUK MANTAN YANG MENIKAH [SUMPAH INI FIKSI]
aku tahu cepat atau lambat undangan ini pasti akan datang. entah perasaan di sini (nunjuk dada) bercampur semua rasa jadi satu, kayak rujak dicampur dengan gado-gado. apa aku masih cinta? jelas iya karena dia yang pertama, juga aku belajar banyak hal dari dia. belajar sakit hati berkali-kali, belajar tersenyum karena cinta, belajar ngerayu, sampai belajar agama juga. mana bisa aku membuang keindahan wajah dan tubuhnya jauh dari ingatanku? tak bisa sampai beranak lima pun kayaknya nggak akan bisa.
dan yang pertama kali aku fikirkan setelah melihat undangan itu adalah. kado apa yang akan aku berikan padanya. memberi amplop berisi uang terlalu mainstrean, nggak ada spesial-spesialnya. memberi amplop tanpa isi ntar malah dikira ngejahilin. emmm... aku baru ingat kalau aku masih punya boneka beruang warna pink yang sebenarnya berniat untuk aku kasihkan padamu saat rasa ini masih berbunga-bunga dulu, tapi aku takut kamu bilang norak :D . ya aku akan mencari nya dulu.
ahh tidak...!!! aku baru ingat saat anak sepupuku main disini dia menjarah hampir semua mainanku, termasuk boneka beruang warna pink itu. rencana untuk memberi kado boneka yang gagal aku kasih kan dahulu pun gagal pula saat ini. mungkin memberi handuk cocok kali ya... yah walaupun aku nggak bisa ngeraba-ngeraba tubuhnya di kehidupan nyata, se enggaknya handukku bisa. hehehe (ketawa ala shinchan) pikiran mesum ini keluar lagi dehh... but tetapi wait tunggu...!!! gimana kalo yang makai handuk itu ternyata suaminya? hoekk...!!! bisa muntah daki aku. kalo ngasih selimut gimana ya...? ahh nggek deh aku maksudku barang yang aku kasih nggak boleh jadi saksi pergumulan diantara sepasang pengantin baru, apalagi pengantin baru itu mantanku.
hari demi hari berlalu, semakin dekat pula tanggal pernikahannya. dan aku semakin panik kado apa yang akan aku beri padanya. yang spesial. anti mainstream. saat membuka file lama di komputer, tujuan sebenarnya sih buat cari arsip soal buat persiapan UTS. aku baru ingat kalau aku punya banyak cerpen yang terinspirasi dari dirinya. ahh kenapa tidak aku print saja cerpen-cerpen itu dan aku serahkan padanya sebagai kado di hari pernikahannya! its will be great!!!
saat mencetak cerpen itu aku membaca nya kembali, siapa tahu ada kalimat-kalimat yang harus diperbaiki. tak terasa di bibirku tersungging senyuman otomatis, senyuman yang muncul karena teringat lagi memori-memori indah masa itu. terkadang amarah juga muncul, karena teringat kembali hal-hal yang tak bisa kumaafkan darimu, tapi semua berujung kepada kesedihan, karena mau tak mau kita harus berpisah, tak ada lagi kata cinta walaupun hati dan mata tak bisa berdusta, hati dan mata seolah-olah berbicara kalau rasa cinta itu masih ada dan akan abadi. untuk sampulnya aku mencoba mendesain sendiri, mirip gambar sampul novel perahu kertas milik DEE, tapi aku meng-edit gambar kugi dengan menambahkan hiasan hijab di kepalanya, biar agak sesuai dengan dandanan kamu. dan sedikit merubah gaya rambut keenan yang sebelumnya panjang wal gondrong menjadi berponi depan, biar mirip gaya rambutku. akhirnya semua selesai di hampir jam 12 malam sebelum hari-H pernikahannya, tinggal membendel saja. Oh my God!!! aku hampir lupa tujuanku semula untuk mencari arsip soal UTS, bisa-bisa kena marah kepala sekolah lagi nih kalau nggak segera di print.
akhirnya hari itu datang juga. buku kempulan cerpen karyaku sendiri yang terinspirasi darinya pun sudah aku bungkus rap[i dengan kado dan pita merah. kalau pakai pita pink nanti dikira aku masih punya rasa lagi sama dia, padahal emang iya sih, tapi biarlah rasa ini kupendam dalam hati dan membiarkan dia tertawa bahagia dengan pasangannya yang sekarang. saat aku SMS teman sekelasku ternyata mereka udah pada berangkat siang hari tadi, dan sore ini berarti tinggal aku sendiri diantara teman sekelasku yang belum berangkat. tega banget sih bocah-bocah pada ninggalain aku, udah di cie-cie in pula gara-gara ditinggal nikah mantan, kondangan ke rumah mantan pun juga di tinggal. aku pun jadi was-was apa aku harus berangkat ke sana sendirian? kayak orang patah hati gitu, ke nikahannya mantan sendirian sambil memasang muka melas.
di tengah keputus asaanku akan jadi berangkat kondangan atau tidak, ada chat dari kasturi temen sekelas mempelai cowok yang juga temenku SMP, dia nanyain aku apa udah datang ke nikahannya dia atau belum? aku jawab "belum nggak ada temennya bro". doi bales lagi "aku samperin ye". otomatis aku nolak ntar takutnya setelah putus dari dia, dikiranya aku mengalami depresi berat hingga beralih orientasi seks dan kini berpacaran dengan sesama jenis. "aku nyamperin lu sama satya njing!" begitu chat yang muncul di pop up layar hp ku saat kusampaikan alasan ku menolak jemputannya. " oh iya oke segera kesini bray keburu malem!", tak ada lagi alasanku menolak jemputannya.
bagitu sampai di depan rumahnya, keringat ini bercucuran, padahal malam itu suasana cukup, dingin dan pastinya akan mendukung pasangan pengantin baru yang duduk manis di singgasana mereka untuk berbuat mesum malam nanti, huh...! antara grogi dan malu dan nerves dan apalagi lah pokoknya rasa nggak ingin masuk ke tenda datang tiba-tiba. dan setelah menjadi pusat perhatian resepsionis karena ada manusia di seret masuk sama 2 monyet, maksudku monyetnya tuh satya sama kasturi. akhirnya aku masuk juga ke dalam tenda yang di ujungnya terdapat kwade (apasih ya bahasa indonesianya kwade?) tempat mantanku dan figuranku (karena peran sebagai mempelai pria dari-nya seharusnya aku lah yang memerankannya) duduk dengan manis sambil memasang muka template ke arah tamu yang hadir. dia berdandan bak putri raja, dengan gaun warna merah muda, sementara si mempelai pria jangan ditanya, dengan gaun merah muda dia kelihatan jadi kayak bencong nyasar. tapi bukan wajah mantanku yang menjadi pusat perhatian, tapi bidadari manis yang duduk sendirian di di antara banyaknya tamu-tamu yang lain. aku pun meninggalkan kasturi dan satya yang masih sibuk mengisi buku tamu. menyerahkan kado ku begitu saja ke tangan satya, dan menuju meja kosong yang di huni bidadari itu.
"hai kok sendirian? kamu temennya si *sensor* juga?" tanyaku memulai pembicaraan. sambil berdiri dengan muka mesum (emang aslinya mukanya udah mesum) di depan mejanya. menunggu dipersilahkan duduk.
"ahh eng... enggak kok, aku masih saudaraan sama mbak *sensor*. aku sama umi tadi tapi beliau masih ngobrol di dalem.' jawabnya dengan muka yang tidak kalah mesum (sebenarnya otak yang ngeliat aja yang mesum) tapi tetap manis. senyumnya yang kelihatan masih canggung dan kaget atas kedatanganku tapi amat manis hampir saja membunuhku, karena membuat kadar gula dalam tubuhku naik seketika.
"oh aku kirain juga temennya... hemm aku boleh ya pinjem kursinya umi kamu..." ahh si munir nih pura-pura sopan.
"oh iya mas... monggo!" oh shit! dia tersenyum lagi! panggilkan ambulan sekarang bro sebelum aku mati ke-enakan....!!
kami pun melanjutkan obrolan dengan suasana yang lebih santai, tak lagi ingat kalau ini adalah acara pernikahan mantanku, tak lagi inget kalau aku kesini bareng 2 monyet temanku. yang kuingat hanya senyum manisnya. dia adalah Chori kenalanku saat aku training di pantai prigi akhir tahun laluyang ternyata masih tunggal buyut sama mantanku. saat memandangnya dahulu, aku tahu ada rasa aneh yang sudah lama tak kurasakan. sepertinya dia juga merasakan rasa aneh yang sama saat kulihat dari pendangan matanya ke arahku. seperti ada sebuah ikatan tanpa harus membuat ikatan, seperti ada janji tanpa harus terucap, seperti ada ledakan emosi yang lama ditahan. ya sebuah cinta pada pandangan pertama. dan saat itu pula aku yang belum berani meminta nomor teleponnya berjanji akan langsung melamarnya jika bertemu lagi. apakah aku akan menyatakan hasratku padanya di suasana seperti ini. melamar seorang gadis saat pernikahan mantan?
No comments: