AIR TERJUN NGLEYANGAN, HARTA KARUN TERSEMBUNYI SUDUT BARAT KEDIRI

air terjun Ngleyangan setinggi kurang lebih 50M dengan pengunjung yang meramaikannya


Kenalkan aku si Bolang dari Dusun Santren Kidul desa Cerme kecamatan Grogol kabupaten Kediri. Kali ini aku dan ketiga temanku akan bertualang ke Air Terjun Ngleyangan di kecamatan Banyakan. Hehe kalau saja umur se-aku gini masih bisa jadi si Bolang pasti yang ngeliat bukan anak-anak tapi tante-tante penyuka berondong. Iya kali ini aku dan ketiga temanku berencana untuk main sebut saja mereka Uwik, Itung, dan Catunk , bukan main main kelereng atau patil lele tapi main ke suatu tempat rekreasi. Setelah musyawarah yang cukup seru dan terlontar berbagia macam usulan tempat tujuan untuk rekreasi akhirnya terpilih air terjun Ngleyangan sebagai tujuan kita. Karena kita berempat sama-sama belum tahu lokasinya akhirnya kita minta bantuan pada salah satu temannya temanku yang juga tetanggaku, yang tahu jalan menuju ke lokasi. Dan saat pagi hari aku menceritakan sama kasturi teman SMP ku yang sebenarnya mau nyetak foto di rumahku kalau aku mau main ke Air Terjun Ngleyangan, maka dia dengan semangat ingin ikut bersama kami (bilang aja Kas kalau elu cinta banget ama gua nggak bisa jauh-jauh dari gua). Dengan total 6 anak akhirnya kami berangkat pukul 9 pagi hari. Terlambat dua jam dari jadwal semula kami berencana berangkat pukul 7 pagi tapi karena bantal masih enak buat ditindih terpaksa kami berangkat pukul 9.

Perjalanan cukup lancar menuju lokasi pemberangkatan, kenapa aku bilang pemberangkatan? karena kita naik motor dulu sampai ke tepi jalan menuju lokasi Air terjun dan perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 5km, kayaknya banyaknya lebihnya deh soalnya perjalanan berangkat dari parkir motor sampai air terjun saja memakan waktu 2 jam, kalau saja kami berangkat ke Pantai Prigi di Trenggalek tentu sudah samapai dengan naik motor untuk waktu yang sama.

si Catunk belagak jadi juragan durian

Perjalanan menuju ke Air Terjun dengan berjalan kaki cukup melelahkan apalagi karena terlalu asyik berfoto-foto di kebun durian belagak ala juragan rambutan yang mantau kebunnya, akhirnya kami tertinggal dari temanku yang jadi penunjuk jalan. dengan lagak ala-ala pencari jejak kamipun mencoba mengikuti jalan setapak yang ada dan walhasil karena kami berempat (aku, Uwik, Itung, Catunk) adalah orang yang cerdas akhirnya kami pun TERSESAT! Gaplek poll. setelah mulai sadar kalau kita berada di jalan yang sesat akhirnya kami pun tanya pada salah seorang penduduk lokal yang kebetulan sedang merumput. Dan kalian tahu apa yang disarankan oleh penduduk itu? "nrabas o munggah liwat sawah wi yo kenek kok le..." (artinya : nrabas apa sih bahasa Indonesia-nya, pokoknya intinya "kamu naik lewat sawah itu juga bisa kok nak...") sambil menunjuk ke sawah yang sudah selesai dipanen dan siap di tanami lagi. Mana sudut kemiringannya mencapai 95 derajat lagi. Karena malas harus memutar akhirnya kami ikuti petunjuk penduduk setempat itu. Itung dan Catunk yang masih punya bentuk perut proporsional berhasil mencapai duluan sementara aku dan uwik yang mulai terbiasa minum susu prenagen harus bersusah-susah melawan gravitasi. Dan dengan mempertaruhkan nyawa (takut ngglundung) akhirnya aku sampai di jalur pendakian yang benar. Saat melihat ke bawah aku benar-benar tidak menyangka kalau aku bisa melewatinya.

karena tersesat terpaksa kami mendaki sawah curam
tampak catung dan itung sedang membantu uwik naik

Perjalanan kami lanjutkan, intinya kalau kamu mengikuti pipa-pipa besar kamu masih tetap berada pada jalur perjalanan yang benar. Perjalanan benar-benar berat apalagi setelah pipa-pipa besar itu berpusat pada sebuah sungai, kami harus melewati hutan, benar-benar hutan yang lebat. Aku dan uwik pun bergantian minta time out istirahat perjalanan, untuk sekedar melemaskan otot-otot yang kaku selama perjalanan, atau berfoto-foto sejenak, atau minum bekal yang kami beli di warung di awal memulai pendakian tadi. Jalan yang kami lalui merupakan paduan antara tanah becek karena hujan, dan batu-batu oleh karena itu kami harus hati-hati dalam melangkah, karena salah-salah bisa terperosok ke jurang yang selalu mengiringi perjalanan kami. Kami benar-benar merasakan menjadi seorang petualang.

perjalanan di jalur hutan. kami si bolang

Sepanjang jalur perjalanan kami menemui pengunjung atau lebih tepatnya pendaki lain yang terdiri dari anak sekolah, para muda-mudi, dan pencinta alam, bahkan ada diantaranya yang masih berusia anak-anak. Aku dan Uwik pun terlecut semangatnya karena tak mau kalah dari anak-anak itu yang tangguh melewati rintangan dakian dan turunan menuju air terjun. Hampir 2 jam perjalanan suara air terjun mulai terdengar, kami lebih semangat untuk mencapainya. Saat air terjun mulai terlihat puncaknya kami pun terkagum akan keajaiban ciptaan Tuhan yang begitu lihai menyembunyikan surga dibalik lebatnya hutan gunung Wilis.

Seperti mendapat nyawa kedua karena nyawa kami hampir lepas saat pendakian melintasi hutan, kami berlari ke arah air terjun itu. Dan akhirnya aku tahu kenapa air terjun ini disebut Ngleyangan. saat berdiri di atas batu di depan air terjun ini aku merasa seperti "Ngleyang" atau "Melayang" karena angin yang begitu besar berhimbus bersamaan dengan air yang jatuh di baliknya. Benar-benar tak menyesal aku berpetualang kali ini. Semua keletihan terbayar lunas. Air terjun masih alami, dan bisa buat berenang. Emang sih awalnya begitu semangat berenagn dan bermain air. Tapi karena tidak membawa pakaian ganti dan mengingat perjalanan kembali yang masih jauh aku pun tak terlalu lama bermain-main air. Saran saya kalau hendak berwisata ke Air terjun ini, bawa bekal baik minum atau makanan kecil. Malah ada pendaki lain yang mambawa mie instan untuk dimasak di sekitar air terjun, karena memang tak ada warung di sekitar air terjun ini. Jangan lupa bawa pakaian ganti, dan kantong plastik untuk tempat sampah agar ke-alami-an ini tetap terjaga tanpa terkotori oleh ulah tangan manusia.
angin yang berhembus (kayak lagunya JKT48) begitu keras
dari air terjun serasa membuat tubuh melayang
Demikian Field report yang bisa saya laporkan dari perjalanan saya menuju surga tersembunyi di lereng gunung Wilis. Sori kalau foto nya jelek-jelek soalnya belum pada cuci muka.

No comments:

Powered by Blogger.