TENTANG IBUKU DAN MASA KECILKU
"Mau turun mana le?" kata ibuku
"Emm turun kebun binatang..." kataku spontan
Itulah memori masa kecil terindah yang masih tertanam di otakku. Padahal pernainan becak-becakkan dengan ibuku itu aku lakukan sebelum masuk TK, tapi masih saja bayangan akan hal itu seolah-olah seperti baru terjadi. Aku yang duduk di kursi hijau kecil, sementara ibuku yang waktu itu masih kurus duduk dibelakangku berpura-pura sebagai tukang becak dan aku menjadi penumpangnya. Memori masa kecil yang indah, selain cubitan, dan marahnya karena aku yang selalu ramai saat sholat berjamaah di masjid, dan aku yang selalu tak mau makan sayur. Bahkan sampai sebesar ini pun masih ada beberapa jenis sayur yang aku tak suka memakannya.
Ibuku melahirkanku dengan penuh perjuangan. Seperti ibu-ibu lain yang melahirkan anak pertamanya, tentunya selalu ada cerita-cerita menarik tentang keliharan anaknya. Waktu itu ibu dan bapak masih tinggal di Juwet, suatu daerah di dekat Prambon, Kabupaten Nganjuk bagian timur. Karena ibuku adalah satu-satunya anak perempuan dari keempat saudara laki-laki nya maka, beliau agak dimanjakan dan dieman-eman oleh nenekku dan saudara-saudara lelakinya. Hingga saat tiba melahirkanku, aku dibawa ke Rumah Sakit milik pemerintah di Kota Kediri, karena kalau dari Prambon lebih dekat ke Kediri daripada ke Nganjuk Kota. Namun, karena tidak kunjung ditangani (entah kenapa, entah karena apa), akhirnya dengan kesepakatan bersama ibuku dipindah ke rumah sakit melik pemerintah juga, tapi lokasinya kali ini, di daerah Pare Kabupaten Kediri. Karena di rumah sakit itu banyak bidan magangnya akhirnya ibuku bisa melahirkanku dengan selamat, dengan bobot 5Kg waktu itu. Ya, aku dilahirkan sebagai bayi yang gemuk, sekalipun aku sekarang agak kurus (gemuk di bagian perut dan pipi doang). Aku yang gemuk, sementara ibuku yang masih berpostur kurus dan kecil saat itu, keadaan yang kontras kadang membuat sabagian orang yang melihatnya merasa kasian kepada ibuku, saat menggendongku. Terlihat berat.
Umur 2 atau 3 tahun, berat badanku mulai turun. Tak segemuk dulu. Aku yang kadang masih suka minta gendong, jadi tak lagi terlalu memberatkan ibu. Karena waktu itu aku sudah mulai aktif, dan mulai pilih-pilih makanan. Selain itu aku terserang penyekit. Pneumonia, atau bahasa kerennya disebut "menginen" yang suka kambuh apalagi saat cuaca dingin. Pernah saat peneumonia ku kambuh waktu ada acara nikahan saudara, sampai-sampai aku tidur di gendongan ibuku sambil ngorok, karena nafasku yang sesak. Mungkin ibu malu punya anak yang sakit-sakitan seperti aku, hingga membuat iba banyak orang, baik orang yang sudah dikenal atau orang asing sekalipun. Tapi beliau begitu telaten merawatku saat sakit yang hampir selalu menyapaku setiap pergantian musim. Maih terasa ciumannya dikeningku saat aku terbaring kesulitan menarik nafas, karena pneumonia yang aku idap. Namun sekarang sudah lumayan lama penyakit itu tak datang lagi. Semoga benar-benar sembuh dan tak kambuh lagi.
Waktu kecil entah kenapa, aku selalu takut waktu naik mobil, karena umumnya waktu itu mobil masih bersuara keras, dan saat aku menaikinya aku seperti melayang, hingga membuat kepalaku pusing dan mabuk kendaraan. Pernah aku rewel nangis terus dari perjalanan Gringging (rumahku yang sekarang) hingga sampai ke Prambon (rumah nenekku) ibu ku masih dengan sabarnya, mencoba mengalihkan perhatianku agar tidak nangis dan takut naik kendaraan, tapi aku yang waktu itu masih manja-manjanya tak mau mendengarkan apa yang dikatakan beliau, aku hanya menangis terus sepanjang perjalanan.
Kisah berikutnya saat aku mulai masuk bangku sekolah. Kisah perjuangan ibu yang turut memeras keringat demi biaya sekolah anaknya.
"Emm turun kebun binatang..." kataku spontan
Itulah memori masa kecil terindah yang masih tertanam di otakku. Padahal pernainan becak-becakkan dengan ibuku itu aku lakukan sebelum masuk TK, tapi masih saja bayangan akan hal itu seolah-olah seperti baru terjadi. Aku yang duduk di kursi hijau kecil, sementara ibuku yang waktu itu masih kurus duduk dibelakangku berpura-pura sebagai tukang becak dan aku menjadi penumpangnya. Memori masa kecil yang indah, selain cubitan, dan marahnya karena aku yang selalu ramai saat sholat berjamaah di masjid, dan aku yang selalu tak mau makan sayur. Bahkan sampai sebesar ini pun masih ada beberapa jenis sayur yang aku tak suka memakannya.
Ibuku melahirkanku dengan penuh perjuangan. Seperti ibu-ibu lain yang melahirkan anak pertamanya, tentunya selalu ada cerita-cerita menarik tentang keliharan anaknya. Waktu itu ibu dan bapak masih tinggal di Juwet, suatu daerah di dekat Prambon, Kabupaten Nganjuk bagian timur. Karena ibuku adalah satu-satunya anak perempuan dari keempat saudara laki-laki nya maka, beliau agak dimanjakan dan dieman-eman oleh nenekku dan saudara-saudara lelakinya. Hingga saat tiba melahirkanku, aku dibawa ke Rumah Sakit milik pemerintah di Kota Kediri, karena kalau dari Prambon lebih dekat ke Kediri daripada ke Nganjuk Kota. Namun, karena tidak kunjung ditangani (entah kenapa, entah karena apa), akhirnya dengan kesepakatan bersama ibuku dipindah ke rumah sakit melik pemerintah juga, tapi lokasinya kali ini, di daerah Pare Kabupaten Kediri. Karena di rumah sakit itu banyak bidan magangnya akhirnya ibuku bisa melahirkanku dengan selamat, dengan bobot 5Kg waktu itu. Ya, aku dilahirkan sebagai bayi yang gemuk, sekalipun aku sekarang agak kurus (gemuk di bagian perut dan pipi doang). Aku yang gemuk, sementara ibuku yang masih berpostur kurus dan kecil saat itu, keadaan yang kontras kadang membuat sabagian orang yang melihatnya merasa kasian kepada ibuku, saat menggendongku. Terlihat berat.
Umur 2 atau 3 tahun, berat badanku mulai turun. Tak segemuk dulu. Aku yang kadang masih suka minta gendong, jadi tak lagi terlalu memberatkan ibu. Karena waktu itu aku sudah mulai aktif, dan mulai pilih-pilih makanan. Selain itu aku terserang penyekit. Pneumonia, atau bahasa kerennya disebut "menginen" yang suka kambuh apalagi saat cuaca dingin. Pernah saat peneumonia ku kambuh waktu ada acara nikahan saudara, sampai-sampai aku tidur di gendongan ibuku sambil ngorok, karena nafasku yang sesak. Mungkin ibu malu punya anak yang sakit-sakitan seperti aku, hingga membuat iba banyak orang, baik orang yang sudah dikenal atau orang asing sekalipun. Tapi beliau begitu telaten merawatku saat sakit yang hampir selalu menyapaku setiap pergantian musim. Maih terasa ciumannya dikeningku saat aku terbaring kesulitan menarik nafas, karena pneumonia yang aku idap. Namun sekarang sudah lumayan lama penyakit itu tak datang lagi. Semoga benar-benar sembuh dan tak kambuh lagi.
Waktu kecil entah kenapa, aku selalu takut waktu naik mobil, karena umumnya waktu itu mobil masih bersuara keras, dan saat aku menaikinya aku seperti melayang, hingga membuat kepalaku pusing dan mabuk kendaraan. Pernah aku rewel nangis terus dari perjalanan Gringging (rumahku yang sekarang) hingga sampai ke Prambon (rumah nenekku) ibu ku masih dengan sabarnya, mencoba mengalihkan perhatianku agar tidak nangis dan takut naik kendaraan, tapi aku yang waktu itu masih manja-manjanya tak mau mendengarkan apa yang dikatakan beliau, aku hanya menangis terus sepanjang perjalanan.
Kisah berikutnya saat aku mulai masuk bangku sekolah. Kisah perjuangan ibu yang turut memeras keringat demi biaya sekolah anaknya.
No comments: