IBUKU DAN WAKTU KU KERJA (PART-01)
Entah kenapa semakin hari semakin bertambah rasa rinduku kepada ibu. Beruntunglah kalian yang masih bisa mengobati rindu dengan orang yang kalian rindukan, sekalipun itu tak langsung bertatap muka cuma lewat video call atau berbalas pesan singkat.
Aku mulai bekerja sejak tahun 2010, setahun setelah lulus SMA, dan saat itu aku belum lulus kuliah. Aku usdah mulai mencari kerja saat kuliah, karena tahu orang tua ku memaksakan diri untuk membiayai kuliahku. Aku ingin membantu meringankan beban mereka. Beruntung salah satu dosenku yang juga seorang apoteker membutuhkan karyawan untuk apotek yang dia kelola, tapi syaratnya aku harus mau menginap di apotek itu. SENDIRIAN. Akhirnya dengan pertimbangan orang tuaku juga aku tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku bekerja sambil kuliah. Sekalipun harus tidur sendirian di apotek, dengan bau obat menyengat dan lorong-lorong yang memanjang.
Di tempat pertama kali kubekerja ini, banyak sekali pelajaran yang aku dapat. Dari pelajaran bahwa farmasi bukan hanya sekedar teori, tapi prakteknya seringkali jauh berbeda dengan apa yang tertulis di buku. karena kebanyakan perusahaan farmasi baik itu apotek, atau yang lainnya pastinya mengutamkakan keuntungan mereka, daripada aturan-aturan yang tertulis dalam sebuah buku. Ada saat dimana kami mengalami pergantian bos (biasa disebut PSA = Pemilik Sarana Apotek). PSA yang baru ini memang orangnya sedikit bermasalah, malah sudah terkenal karena masalahnya, seperti terlambat membayar tagihan sales, dan terlambat membayar gaji karyawan. Puncaknya adalah saat akan lebaran idul fitri, teman-teman rekan kerjaku yang sudah jadi ibu-ibu semua, menuntut agar PSA memberi THR satu kali gaji penuh, padahal apotek baru dibeli sekitar 4 bulanan. Tentu saja PSA baru keberatan dengan tuntutan mereka, sehingga eksodus karyawan besar-besaran pun terjadi. Para emak-emak pun menyatakan diri keluar dari apotek, aku yang baru bekerja sekitar 6 bulanan pun dipaksa awalnya keluar oleh emak-emak itu. Dilema. Kalau aku keluar aku mau ngapain, mau kerja dimana, baru juga dapat gaji 6 kali udah disuruh keluar. Baru bisa sedikit meringankan beban orang tua sudah dipaksa resign. Malam itu aku putuskan untuk menelepon ibuku. Aku jarang sekali menelepon ibuku, ya karena tiap hari sekalipun aku tidur di apotek, setiap pagi aku masih bisa pulang ke rumah. Aku ceritakan semua masalah yang hadapi, antara terpaksa egois dengan tidak mempedulikan rekan kerjaku, atau harus ikut resign dengan dasar kesetia kawanan. Ibuku berkata untuk mengikuti apa saja yang menjadi keyakinanku, ibu akan tetap mendukungku. Beliau tidak tamak dengan menyuruhku tetap bekerja di tempat itu, juga tidak takut aku kehilangan teman dengan menolak ajakan teman mereka untuk keluar kerja. Beliau berfikir aku sudah dewasa hingga mampu memutuskan apa yeng terbaik untukku sendiri.
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap bekerja di apotek itu, dengan berbagi kemungkinan terburuk yang siap aku terima. Dijauhi teman, dan tetap sabar menghadapi bos yang bermasalah. Perlahan-lahan rekan kerja ku mengerti keputusanku, dan juga hampir tidak mungkin bagiku untuk mendapatkan THR satu kali gaji karena aku belum setahun bekerja di tempat itu. Dan alhamdulillah sampai sekarang aku masih berhubungan baik dengan mereka. Mereka pun resign dengan tanpa membawa dendam kepadaku.
Setahun aku bekerja di tempat itu, aku sudah merasa benar-benar nggak betah. Aku melempar lamaran kerja kesana kemari. Beruntung apotek tempatku biasa kulakan obat ternyata membutuhkan karyawan laki-laki. karena udah sering berbelanja disana jadi aku sudah kenal dengan para karyawan dan PSA apotek itu. Aku pun mengirim lamaran di sana, sebulan kemudian aku keluar dari apotek yang lama dan bekerja di apotek yang baru, yang lebih besar.
Cerita di apotek yang baru ini dilanjut lain kali aja ya.. hahaha sudah capek ngetik. Padahal udah lama nggak update blog. xixixixi
Aku mulai bekerja sejak tahun 2010, setahun setelah lulus SMA, dan saat itu aku belum lulus kuliah. Aku usdah mulai mencari kerja saat kuliah, karena tahu orang tua ku memaksakan diri untuk membiayai kuliahku. Aku ingin membantu meringankan beban mereka. Beruntung salah satu dosenku yang juga seorang apoteker membutuhkan karyawan untuk apotek yang dia kelola, tapi syaratnya aku harus mau menginap di apotek itu. SENDIRIAN. Akhirnya dengan pertimbangan orang tuaku juga aku tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku bekerja sambil kuliah. Sekalipun harus tidur sendirian di apotek, dengan bau obat menyengat dan lorong-lorong yang memanjang.
Di tempat pertama kali kubekerja ini, banyak sekali pelajaran yang aku dapat. Dari pelajaran bahwa farmasi bukan hanya sekedar teori, tapi prakteknya seringkali jauh berbeda dengan apa yang tertulis di buku. karena kebanyakan perusahaan farmasi baik itu apotek, atau yang lainnya pastinya mengutamkakan keuntungan mereka, daripada aturan-aturan yang tertulis dalam sebuah buku. Ada saat dimana kami mengalami pergantian bos (biasa disebut PSA = Pemilik Sarana Apotek). PSA yang baru ini memang orangnya sedikit bermasalah, malah sudah terkenal karena masalahnya, seperti terlambat membayar tagihan sales, dan terlambat membayar gaji karyawan. Puncaknya adalah saat akan lebaran idul fitri, teman-teman rekan kerjaku yang sudah jadi ibu-ibu semua, menuntut agar PSA memberi THR satu kali gaji penuh, padahal apotek baru dibeli sekitar 4 bulanan. Tentu saja PSA baru keberatan dengan tuntutan mereka, sehingga eksodus karyawan besar-besaran pun terjadi. Para emak-emak pun menyatakan diri keluar dari apotek, aku yang baru bekerja sekitar 6 bulanan pun dipaksa awalnya keluar oleh emak-emak itu. Dilema. Kalau aku keluar aku mau ngapain, mau kerja dimana, baru juga dapat gaji 6 kali udah disuruh keluar. Baru bisa sedikit meringankan beban orang tua sudah dipaksa resign. Malam itu aku putuskan untuk menelepon ibuku. Aku jarang sekali menelepon ibuku, ya karena tiap hari sekalipun aku tidur di apotek, setiap pagi aku masih bisa pulang ke rumah. Aku ceritakan semua masalah yang hadapi, antara terpaksa egois dengan tidak mempedulikan rekan kerjaku, atau harus ikut resign dengan dasar kesetia kawanan. Ibuku berkata untuk mengikuti apa saja yang menjadi keyakinanku, ibu akan tetap mendukungku. Beliau tidak tamak dengan menyuruhku tetap bekerja di tempat itu, juga tidak takut aku kehilangan teman dengan menolak ajakan teman mereka untuk keluar kerja. Beliau berfikir aku sudah dewasa hingga mampu memutuskan apa yeng terbaik untukku sendiri.
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap bekerja di apotek itu, dengan berbagi kemungkinan terburuk yang siap aku terima. Dijauhi teman, dan tetap sabar menghadapi bos yang bermasalah. Perlahan-lahan rekan kerja ku mengerti keputusanku, dan juga hampir tidak mungkin bagiku untuk mendapatkan THR satu kali gaji karena aku belum setahun bekerja di tempat itu. Dan alhamdulillah sampai sekarang aku masih berhubungan baik dengan mereka. Mereka pun resign dengan tanpa membawa dendam kepadaku.
Setahun aku bekerja di tempat itu, aku sudah merasa benar-benar nggak betah. Aku melempar lamaran kerja kesana kemari. Beruntung apotek tempatku biasa kulakan obat ternyata membutuhkan karyawan laki-laki. karena udah sering berbelanja disana jadi aku sudah kenal dengan para karyawan dan PSA apotek itu. Aku pun mengirim lamaran di sana, sebulan kemudian aku keluar dari apotek yang lama dan bekerja di apotek yang baru, yang lebih besar.
Cerita di apotek yang baru ini dilanjut lain kali aja ya.. hahaha sudah capek ngetik. Padahal udah lama nggak update blog. xixixixi
No comments: