IBUKU DAN RASA SAKIT ITU
Masih kuingat jelas dan tak mungkin kulupakan. Saat ibu pertama kali terbaring sakit. Sebelumnya ibu tak pernah mengeluh sakit, mungkin malah menyembunyikan rasa sakitnya. Hanya cara beliau berjalan semakin pelan, semakin berat untuk mengangkat badannya sendiri saat berdiri sehabis duduk. Waktu itu tanpa firasat apapun sebelum ibu terbaring sakit, aku pergi ke Jogja untuk menghadiri resepsi pernikahan salah seorang sahabatku. Aku di Jogja selama sehari penuh dan 2 malam dihabiskan diperjalanan. Keesokan harinya setelah sampai di rumah, dengan kecapekan tentunya. Aku lihat ibu sedang dipijit, bukan tukang pijit langganannya karena aku belum pernah melihat orang itu sebelumnya. Ibu cuma mengeluh kecapekan, dan badannya sedikit demam.
besoknya bukan capeknya hilang setelah dipijit, ibu malah terbaring di kamarnya, berat untuk berdiri. Waktu itu dapur rumahku sedang direnovasi, jadi tak ada yang menyiapkan makanan buat para tukang karena ibu nggak kuat masak. Beruntung adikku kuliahnya sedang libur jadi ada yang "sekedar" masak buat para tukang bangunan. Sehari tetap berbaring di kamar, kupikir beliau memang benar-benar kecapekan. Dua hari nyatanya beliau masih saja terbaring, cuma masih bisa untuk sekedar jalan ke kamar mandi, tapi kondisinya semakin lemah. Akhirnya kami berinisiatif untuk membawa ibu periksa ke dokter. Sore itu karena aku harus bekerja, bapak lah yang mengantar ibu ke dokter. Tapi hasilnya kurang membuat kami puas, karena dokter tak berani memeriksa ibuku lebih lama, cuma mengatakan kalau ibu terkena jantung. Karena wajah dan bagian tubuh lainnya membengkak.
Keesokan harinya aku membawa ibuku ke sebuah klinik, dimana dokter yang punya klinik itu adalah langganan di apotek tempatku bekerja. Alhamdulillah setidaknya ada titik terang. Dokter mendiagnosa ibuku terkena hepatoma (kanker hati), karena perut beliau yang membesar, dan diduga berisi air. Dokter juga mengatakan umur ibuku kira-kira cuma bertahan 3 bulan, bayangkan apa yang terjadi kepada dirimu kalau umur ibumu didiagnosa sudah tidak akan lama lagi? Tapi untuk kepastiannya harus ada pengujian laboratorium. Untuk itu ibu harus kembali ke klinik keesokan harinya untuk diambil sampel darah nya sebagai bahan pengujian laboratorium.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali aku ke klinik itu lagi bersama ibuku untuk diambil sample darahnya. Singkat cerita setelah diambil darahnya kami disuruh kembali keesokan harinya untuk melihat hasil pemeriksaan laboratorium, aku disarankan untuk mengajak orang terdekat. Karena aku masih jomblo, aku mengajak bapakku untuk ikut ke klinik mengambil hasil Lab ibuku. Dokter kemudian menjelaskan ulang kepada bapakku bagaimana keadaan ibuku saat ini. Tapi tak seperti yang kubayangkan, bapak yang biasanya selalu bersikap woles kali ini tampak ling lung antara shock dan mencoba terlihat tabah di depan anaknya. Dari lembaran hasil pemeriksaan itu diketahui kalau ginjal, dan hati ibu ku sudah mulai rusak, tapi belum muncul hasil apakah ibuku positif kanker atau tidak, untuk melihat hasil positif - negatif kanker nya, baru bisa dilihat lusa atau 2 hari lagi.
Rencananya kami cuma berobat jalan selama menunggu hasil tes kanker itu. Tapi ibu yang "akhirnya" mengeluh kesakitan, kami pun membawanya ke rumah sakit berinisial M di kota kami. Malam itu dengan bantuan sahabat bapak, kami membawa ibu ke rumah sakit. Ya, benar-benar membawa karena ibu sudah mulai tidak kuat berjalan, dan harus dibopong. Dengan manaiki mobil carry tua, ibuku dan kami sekeluarga membawanya ke rumah sakit M. Di sana aku mengabari kakak ibuku atau pamanku, dan segera saja mereka menuju rumah sakit tersebut padahal ibuku belum pasti opname.
tapi di sana kamar yang tersisa adalah yang kelas VIP, tentu saja untuk kami keluarga menengah ke bawah harga kamar segitu sangat mahal. Kami pun menunggu beberapa jam untuk menunggu kepastian, sambil bermusyawarah dengan paman-pamanku. Akhirnya kami bersama memutuskan untuk membawa ibu pulang lagi. Besoknya ibu minta dibawa ke Rumah Sakit lagi. kali ini kami tak membawa ibu dulu, kami mendatangi rumah sakit untuk menanyakan apakah ada kamar kelas ekonomi yang kosong atau tidak. ternyata di rumah sakit berinisial B dan G ada kamar kelas ekonomi yang kosong. Setelah bermusyawarah akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa ibuku ke rumah sakit berinisial B. Tapi, terpaksa aku tidak ikut mengantar kali ini karena aku harus bekerja.
Untuk kejadian di rumah sakit dan seterusnya dibahas part selanjutnya aja ya. Karena aku tahu baca di komputer itu lebih cepat bikin mata capek daripada baca di buku atau kertas.
besoknya bukan capeknya hilang setelah dipijit, ibu malah terbaring di kamarnya, berat untuk berdiri. Waktu itu dapur rumahku sedang direnovasi, jadi tak ada yang menyiapkan makanan buat para tukang karena ibu nggak kuat masak. Beruntung adikku kuliahnya sedang libur jadi ada yang "sekedar" masak buat para tukang bangunan. Sehari tetap berbaring di kamar, kupikir beliau memang benar-benar kecapekan. Dua hari nyatanya beliau masih saja terbaring, cuma masih bisa untuk sekedar jalan ke kamar mandi, tapi kondisinya semakin lemah. Akhirnya kami berinisiatif untuk membawa ibu periksa ke dokter. Sore itu karena aku harus bekerja, bapak lah yang mengantar ibu ke dokter. Tapi hasilnya kurang membuat kami puas, karena dokter tak berani memeriksa ibuku lebih lama, cuma mengatakan kalau ibu terkena jantung. Karena wajah dan bagian tubuh lainnya membengkak.
Keesokan harinya aku membawa ibuku ke sebuah klinik, dimana dokter yang punya klinik itu adalah langganan di apotek tempatku bekerja. Alhamdulillah setidaknya ada titik terang. Dokter mendiagnosa ibuku terkena hepatoma (kanker hati), karena perut beliau yang membesar, dan diduga berisi air. Dokter juga mengatakan umur ibuku kira-kira cuma bertahan 3 bulan, bayangkan apa yang terjadi kepada dirimu kalau umur ibumu didiagnosa sudah tidak akan lama lagi? Tapi untuk kepastiannya harus ada pengujian laboratorium. Untuk itu ibu harus kembali ke klinik keesokan harinya untuk diambil sampel darah nya sebagai bahan pengujian laboratorium.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali aku ke klinik itu lagi bersama ibuku untuk diambil sample darahnya. Singkat cerita setelah diambil darahnya kami disuruh kembali keesokan harinya untuk melihat hasil pemeriksaan laboratorium, aku disarankan untuk mengajak orang terdekat. Karena aku masih jomblo, aku mengajak bapakku untuk ikut ke klinik mengambil hasil Lab ibuku. Dokter kemudian menjelaskan ulang kepada bapakku bagaimana keadaan ibuku saat ini. Tapi tak seperti yang kubayangkan, bapak yang biasanya selalu bersikap woles kali ini tampak ling lung antara shock dan mencoba terlihat tabah di depan anaknya. Dari lembaran hasil pemeriksaan itu diketahui kalau ginjal, dan hati ibu ku sudah mulai rusak, tapi belum muncul hasil apakah ibuku positif kanker atau tidak, untuk melihat hasil positif - negatif kanker nya, baru bisa dilihat lusa atau 2 hari lagi.
Rencananya kami cuma berobat jalan selama menunggu hasil tes kanker itu. Tapi ibu yang "akhirnya" mengeluh kesakitan, kami pun membawanya ke rumah sakit berinisial M di kota kami. Malam itu dengan bantuan sahabat bapak, kami membawa ibu ke rumah sakit. Ya, benar-benar membawa karena ibu sudah mulai tidak kuat berjalan, dan harus dibopong. Dengan manaiki mobil carry tua, ibuku dan kami sekeluarga membawanya ke rumah sakit M. Di sana aku mengabari kakak ibuku atau pamanku, dan segera saja mereka menuju rumah sakit tersebut padahal ibuku belum pasti opname.
tapi di sana kamar yang tersisa adalah yang kelas VIP, tentu saja untuk kami keluarga menengah ke bawah harga kamar segitu sangat mahal. Kami pun menunggu beberapa jam untuk menunggu kepastian, sambil bermusyawarah dengan paman-pamanku. Akhirnya kami bersama memutuskan untuk membawa ibu pulang lagi. Besoknya ibu minta dibawa ke Rumah Sakit lagi. kali ini kami tak membawa ibu dulu, kami mendatangi rumah sakit untuk menanyakan apakah ada kamar kelas ekonomi yang kosong atau tidak. ternyata di rumah sakit berinisial B dan G ada kamar kelas ekonomi yang kosong. Setelah bermusyawarah akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa ibuku ke rumah sakit berinisial B. Tapi, terpaksa aku tidak ikut mengantar kali ini karena aku harus bekerja.
Untuk kejadian di rumah sakit dan seterusnya dibahas part selanjutnya aja ya. Karena aku tahu baca di komputer itu lebih cepat bikin mata capek daripada baca di buku atau kertas.
No comments: