Guru Yang Membully


Kemarin mencoba update blog lewat aplikasi blogger di android tapi waktu menerbitkan malah gagal terus. Kayaknya masih banyak bug di aplikasi blogger android. Padahal blogger dan android itu produknya google sendiri.

Anyway ini judul beneran lo, kalo kalian fikir guru tak mungkin membully muridnya itu nggak bener bro. Mungkin ada sebagian guru yang emang membully muridnya cuma untuk sekedar bercanda meredakan ketegangan di otak setelah bergelut dengan rumus angka dan teori-teori para ahli. Tapi ada juga guru yang membully muridnya dengan maksud baik mungkin sebenarnya, biar termotivasi misalnya, tapi secara tak sadar bully an itu juga bisa merubah pandangan teman-teman sekelasnya kepada murid yang di bully. Oke contoh kasus nih ye. Seorang anak yang tak mahir matematika, di ejek oleh gurunya dengan mengatakan kalau dia tak pantas jadi murid sekolah, pantasnya jadi gembala kambing. Nah 'cap' sebagai gembala kambing ini bisa jadi mempengaruhi otaknya, bisa jadi dia malah down bisa jadi dia justru termotivasi. Tapi yang berbahaya adalah saat teman-teman sekelasnya mulai ikut-ikutan memanggilnya dengan sebutan gembala kambing daripada nama nya sendiri. Secara tak langsung si guru lah yang memulai pem bully an verbal itu.

So, apa kamu juga pernah mengalaminya mun? iya pernah !

Waktu itu kalau g salah kelas 5 sd. Sebelum kejadian ini aku adalah murid yang aktif baik itu untuk bertanya atau menyampaikan suatu hal di kelas. Saat itu aku selesai membuat kalimat atau membaca cerita aku lupa, tapi setelah membaca cerita si ibu guru bukan membahas pelajaran tapi malah membahasku.
"Kamu pilek?" tanya guru itu tiba-tiba padaku.
"Emm nggak bu..." jawabku agak terkaget.
"Berarti kamu polip mas...!! Harus segera dioperasi itu sebelum parah nanti bisa membesar."
Aku cuma mendelongop (bahasa apa sih)
"Polip itu kayak tumor yang tumbuh di hidung. Untuk mengoperasi gak perlu disogrok tapi hidungnya diblekrek (aku inget banget dia pake bahasa diblekrek yang artinya disayat, jadi hidungnya harus disayat gitu buat ngeluarin tumornya, tapi bahasa diblekrek begitu kasar menurutku)." kata beliau sambil mempraktekan gerakan memblekrek hidung.
"Kalau gak segera dioperasi lama kelamaan bisa berbau dan membeaar hidungmu."

Bayangin broo, kamu umur 11 tahun divonis tumor oleh gurumu yang tak pernah mengenyam pendidikan kesehatan sama sekali. Mentang-mentang hidungku mancung tapi badanku kurus kering seenaknya saja memvonis tumor tanpa pemeriksaan lab. Perkataan tentang 'penyakitku' yang sebenarnya tak pernah kuderita ini hampir selalu diulang-ulang oleh guruku setiap hari, termasuk kata diblekreknya. Pandangan teman-teman sekelas mulai berubah kepadaku, bahkan ada yang menutup hidungnya saat berdekatan denganku, seolah-olah hidungku benar-benar bau. Aku pun memberitahu hal ini pada orang tuaku. Tapi jawaban mereka hanya, "kamu baik-baik saja kok le..."
Kami waktu itu memang hidup dalam keadaan serba apa adanya, jangankan untuk memeriksakan ke laboratorium, periksa ke dokter saat sakit saja kami kesulitan.

Hingga beberapa tahun kemudian saat akubsudaj bisa mencari uang sendiri, aku pun berniat membuktikan ucapan guruku itu dengan melakukan pemeriksaan lab. Dan hasilnya adalah. Aku sehat wal ngafiat tak ada polip tak ada sinus, yang ada cuma alergi pada beberapa hal yang bisa membuat hidungku mbeler. Aku memang alergi pada debu, udara dingin, dan bau tajam, kalau dulu langsung pilek pas kena 3 hal tadi, kalau sekarang paling cuma bersin-bersin gak sampai pilek.

Akibat dari perkataan seorang guru terlebih guru sd, yang kata-katanya bak dianggap kata-kata nabi dan dewa, karena murid yang masih anak-anak itu pasti mempercayai kata-kata gurunya, bisa merubah sifat murid dan bahkan masa depan muridnya. Bayangkan bila aku masih terpuruk karena vonis tak berdasar itu mungkin aku akan jadi seorang yang pemurung pendiam dan anti sosial. Sebagai guru seharusnya berhati-hati dengan ucapan dan tindakannya karena para murid senantiasa mengawasi mereka dan menjadikan para guru sebagai role model mereka.

Penutup dari ku adalah cinta itu bukan satu berusaha dan satu mendoakan tapi saling berusaha dan saling mendoakan. Eh, kenapa jadi belok kiri gini ya penutupnya. Hahahahaha. Sori kalau banyak typo belajar ngeblog lewat hp memang canggih soalnya.

2 comments:

  1. Good, jadi sewajibnya para guru harus belajar berkata2 yang tidak menyinggung hati muridnya..

    ReplyDelete
  2. Good, jadi sewajibnya para guru harus belajar berkata2 yang tidak menyinggung hati muridnya..

    ReplyDelete

Powered by Blogger.